Bagian KELIMA

"Bang, nanti malam mau kemana?!", rina mengirimiku pesan lewat sms.

"Belum tau, emang kenapa dx??",

"Apa abang nggak pergi kekampus?!

"Hmmm,, mungkin nggak lah dx, itu kan cuma acara buat stikes".

Dia menginginkanku agar hadir pada malam puncak lustrum stikes yang pertama, acara ulang tahun stikes dharmasraya yang kelima ini dirangkai dengan ulang tahun pembina yayasan, ibu Dra, Hj. Elviana M,Si.

Sedangkan mahasiswa stmik tidak ikut dilibatkan dalam pesta tersebut, makanya aku berkeberatan hati untuk hadir disana, tapi sepertinya rina ngotot sekali agar ku bisa datang.

"Ayolah baaanng, kesini yaa nanti malam",

"Hmmm,, insya allah ja ya dx yaaa, nanti bang usahakan kesana"

"Beneran ya baaanng?!!",

"Belum tau dx, lihat nanti malam ja lah yaaa!!",

"Achhh abang, pokoknya na mau abang kesini".

Komunikasi via telpon maupun dunia maya, menjadikan kami seperti orang yang telah berkenalan lama, padahal sama sekali belum pernah bicara berhadapan mata, apakah jika berjumpa, kami bisa seakrab di telpon atau mesti gemetar dipukul mental?!! Hahaaha,, entahlah.

Didalam kebimbanganku untuk menerima tawaran rina, atika malah menghubungiku, dia menanyai kesibukanku dan meminta agar ku pergi kepulau punjung.

"Kalau abang nggak terlalu sibuk, jemput ika donk bang, ika sekarang lagi berias di salon bareng teman-teman kelompok penari",

Oo yaaya,, aku baru ingat kalau ika akan tampil menari dalam acara tersebut malam ini, tak berpikir panjang, aku mengajak budi dan riko yang lagi asyik-asyiknya bermain komputer dirumah perkumpulan peduli.

Menggunakan kijang butut milik peduli, kami melaju meninggalkan rumah yang dijadikan sebagai sekretariat Mpn itu, menjumpai ika pada sebuah salon kecantikan di pulau punjung, lalu mendapatinya bersama teman-teman kelompok penari menggunakan kostum berwarna hijau, cantik sekali.

Memandangi ika yang berdandan bak biduan surga disamping kiriku, sambil memegangi setir, rina melintasi pikiranku, membayangkan tanggapannya jika nanti melihat aku hadir disana, tetapi bukan untuk dirinya, melainkan buat atika.

Atika lebih duluan kukenal dibanding rina, dia orang pertama yang kuberitahu tentang kesepakatan kawan- kawan membangun mpn, lalu bersamanya kami bergerak membentuk tim relawan mtq tingkat nasional, hubungan kami tak hanya sebatas organisasi, tapi lebih daripada itu, bukan pacar sih, karna ika telah memiliki kekasih.

Hmmm,, mungkin hubungan adik kakak ja kali yaaaa,,

Kakiku terasa berat sekali untuk berayun memasuki gor, aku malu pada anak-anak stikes, karna acara ini khusus buat mereka, bukan stmik, apalagi jika dilihat oleh rina jika aku datang bersama ika, tetapi ika malah memaksaku dan riko serta budi untuk masuk.

Dengan berberat hati dipintu gor, riko menunjuk ke arah tamu undangan. Ya, dari kejauhan, tampak bang samin beserta istrinya sedang menikmati hiburan di atas panggung, lalu kami bergabung dengan mereka, bang samin merupakan general manager dharmasraya ekspres, diundang oleh yayasan untuk membuatkan pariwara khusus di media cetak lokal yang dia pimpin.

Aku berharap sekali buat jumpa sama rina, tetapi aku enggan bercerita kepada ika, juga takut kalau rina tau jika pergi bareng ika, entah kenapa perasaan yang seperti itu muncul? Yaa,, entahlah.

"Adx ada dimana?! Bang sekarang ada di gor", begitu ku mengirimkan pesan ke rina dengan memberanikan diri.

"Ya, na tau koq bang".

Waahhh,, rina ternyata dapat melihatku disini, berarti dia pasti berada diantara ratusan orang yang hadir, tapi kenapa dia nggak menegur jika memang melihatku?!!

"Hmmm,, emang adx ada dimana?! Kesini donk dx, duduk dekat bang",

"Nggak acchhh,, ada ika, nanti dia marah sama na".

Hmmm,, ya, ternyata dugaanku benar, rina takkan mau jumpa denganku jika ku datang bersama ika.

"Bang ingin sekali jumpa ma adx meski hanya sebentar",

"Nggak usah lah bang, nanti-nanti ja kita jumpanya, bang lanjut dulu aja temani ika",

Setelah kucoba untuk terus membujuknya, rina tetap tak mau jumpa, padahal tadi siank dia memintaku agar hadir disini, bahkan disaat ika pisah denganku karna tampil menari di panggung, rina tetap saja tak menerima ajakanku.

Ya sudah, mungkin memang belum saatnya kita berjumpa untuk yang pertama kalinya, insya allah masih ada kesempatan setelah ini.


0 Response to "Bagian KELIMA"

Posting Komentar